Limabelas Indonesia, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, Prof. Abdul Mu’ti, secara resmi membuka Seminar Nasional dalam rangka Musyawarah Wilayah III Tarjih Muhammadiyah Sulawesi Selatan, yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sabtu (2/8).
Kegiatan ini menjadi ajang strategis bagi Muhammadiyah Sulawesi Selatan dalam merespons tantangan zaman dengan pendekatan ilmiah, religius, dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Mu’ti juga meresmikan dua fasilitas baru di Pesantren Muhammadiyah Gombara Makassar, yaitu Markaz Tahfiz dan asrama Mihtaful Najah. Fasilitas ini diharapkan menjadi pusat pembinaan generasi penghafal Al-Qur’an yang berkarakter unggul. Peresmian tersebut disambut antusias oleh para santri dan pimpinan pesantren.
Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr. Ihliyani Malik, S.Sos., M.Si., mengatakan bahwa kehadiran Prof. Mu’ti bukan hanya sebagai narasumber seminar, tetapi juga sebagai tokoh penting yang meresmikan sarana pendidikan berbasis keislaman.
“Beliau tidak hanya kami hadirkan dalam seminar ini, tetapi sekaligus meresmikan dua gedung di Pesantren Muhammadiyah Gombara. Di dalamnya terdapat Markaz Tahfidz untuk penghafal Al-Qur’an dan asrama Mihtaful Najah sebagai tempat pembinaan santri,” ujar Ihliyani usai kegiatan.
Dalam sambutannya, Prof. Abdul Mu’ti mengajak seluruh elemen Muhammadiyah—termasuk akademisi, ulama, hingga masyarakat digital—untuk mengisi ruang-ruang digital dengan konten yang edukatif dan bernilai Islami.
“Kita tidak bisa lagi bersikap pasif. Ruang digital harus diisi dengan konten yang membangun akhlak, pengetahuan, dan semangat kemajuan,” tegas Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
Lebih jauh, Prof. Mu’ti menyoroti pentingnya kecerdasan buatan (AI) sebagai instrumen strategis dalam membentuk peradaban ilmu. Ia menekankan bahwa AI bukan sekadar alat bantu teknis, melainkan hasil dari pemahaman manusia terhadap kerja otak dan komputer.
Berdasarkan pengalamannya saat menempuh studi psikologi kognitif di Australia, Prof. Mu’ti melihat adanya keterkaitan yang semakin erat antara teknologi digital dan neurosains, yang kini menjadi pilar dalam pengembangan sistem pembelajaran modern.
“Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern harus menjadi pelopor dalam transformasi digital, baik di bidang pendidikan maupun dakwah,” pungkasnya.
Seminar ini diikuti oleh ribuan peserta, terdiri atas dosen, mahasiswa, serta santri dari berbagai pesantren Muhammadiyah di Sulawesi Selatan. Kehadirannya menjadi momen reflektif dan inspiratif dalam memperkuat peran Muhammadiyah di era digital yang terus berkembang.