Limabelas Indonesia, Makassar – Dunia pendidikan kesehatan saat ini tengah menghadapi tantangan besar seiring dengan berkembangnya kebijakan tenaga kesehatan yang terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Menjawab tantangan tersebut, Politeknik Kesehatan Megarezky (Polimerz) menyelenggarakan kuliah umum bertema “Transformasi Digital Pendidikan Vokasi di Masa Adaptasi Kebijakan Tenaga Kesehatan” pada Senin 15 September 2025, bertempat di Ballroom Megarezky.
Polimerz menghadirkan Ketua Kolegium Penata Anastesi, Dr. Ns. Rahmaya Nova Handayani, S.Kep., M.Sc.Kep.MB seorang pakar sekaligus praktisi yang telah berpengalaman dalam bidang kebijakan kesehatan dan implementasi teknologi digital di sektor pendidikan. Kuliah umum ini diikuti ratusan peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan praktisi vokasi kesehatan.
Direktur Polimerz, Dr. Hairuddin., S.S., S.KM., M.Kes dalam sambutannya menegaskan pentingnya kegiatan semacam ini sebagai sarana memperkuat wawasan dan kompetensi mahasiswa vokasi. “Kami berharap mahasiswa dapat memanfaatkan momentum transformasi digital ini untuk mengembangkan kemampuan, bukan hanya dalam aspek keterampilan teknis, tetapi juga dalam literasi digital dan etika profesi. Dengan begitu, lulusan vokasi akan siap menghadapi perubahan kebijakan tenaga kesehatan di tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.
Sementara dalam pemaparan Dr. Ns. Rahmaya Nova Handayani, S.Kep., M.Sc.Kep.MB menjelaskan bahwa transformasi digital saat ini bukan lagi sebuah pilihan, melainkan kebutuhan mendesak bagi institusi pendidikan vokasi. Pendidikan kesehatan tidak hanya dituntut menghasilkan lulusan yang kompeten secara teknis, tetapi juga mampu beradaptasi dengan kebijakan baru tenaga kesehatan yang mengedepankan aspek digitalisasi, efisiensi layanan, serta kualitas standar global.
“Pemanfaatan teknologi digital dalam pendidikan vokasi kesehatan menjadi langkah strategis. Mulai dari penggunaan Learning Management System (LMS) untuk proses pembelajaran, penerapan simulasi laboratorium berbasis digital, pemanfaatan teknologi virtual reality dalam praktik klinik, hingga integrasi big data untuk mendukung penelitian dan kebijakan kesehatan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa transformasi digital juga menuntut kesiapan tenaga pendidik. Para dosen dan instruktur vokasi harus mampu menguasai teknologi digital agar proses transfer ilmu kepada mahasiswa berjalan efektif. Selain itu, dibutuhkan dukungan kebijakan dan infrastruktur, seperti jaringan internet yang stabil, perangkat teknologi memadai, serta regulasi yang mendukung inovasi pembelajaran.
Kuliah umum ini juga membuka ruang diskusi yang hangat. Para peserta menyampaikan pertanyaan seputar kesiapan institusi menghadapi kebijakan tenaga kesehatan terbaru, terutama terkait akreditasi, sertifikasi digital, dan kurikulum berbasis kompetensi digital. Narasumber memberikan penekanan bahwa sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan dunia kerja sangat diperlukan agar transformasi digital dapat berjalan efektif.
Kegiatan kuliah umum ini diakhiri dengan penyerahan cenderamata kepada narasumber dan foto bersama dengan narasumber, dosen, dan seluruh peserta. Antusiasme yang tinggi dari mahasiswa menjadi bukti bahwa transformasi digital dalam pendidikan vokasi merupakan kebutuhan nyata dan mendesak. Melalui kegiatan ini, diharapkan tercipta tenaga kesehatan yang profesional, adaptif, dan siap menghadapi dinamika kebijakan di era digitalisasi.