Limabelas Indonesia, Makassar – Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Makassar, Yoseph Dwi Irwan, menegaskan pentingnya kolaborasi media dalam mewujudkan pengawasan obat dan makanan yang aman dan bermutu. Hal itu disampaikan dalam kegiatan media gathering di Aula BBPOM Makassar, Jumat (17/10/2025).
“Media adalah mitra strategis BPOM. Bonus demografi harus dimanfaatkan dengan mendorong masyarakat untuk cerdas dan bijak memilih obat, kosmetik, dan pangan,” ujar Yoseph.
Ia mengingatkan bahwa konsumsi obat dan makanan yang aman dan bermutu menjadi fondasi kesehatan masyarakat serta penopang ekonomi nasional.
Visi dan Misi 2025–2029
Yoseph memaparkan visi BPOM untuk periode 2025–2029, yakni “Mewujudkan sediaan farmasi dan pangan olahan yang aman, bermutu, dan berdaya saing untuk mendukung masyarakat sehat menuju Indonesia Emas 2045.”
Misi yang dijalankan mencakup:
Penguatan sumber daya manusia,
Fasilitasi pengembangan dunia usaha,
Efektivitas pengawasan,
Tata kelola pemerintahan yang bersih, terpercaya, dan melayani.
BBPOM Makassar turut mengemban tugas pengawasan terhadap obat, bahan obat, narkotika, kosmetik, pangan olahan, suplemen, obat tradisional, dan produk tembakau.
Tantangan Lapangan
Yoseph mengurai tujuh tantangan utama dalam pengawasan:
1. Masih tingginya temuan produk tanpa izin edar, mengandung bahan berbahaya atau bahan kimia obat, terutama kosmetik;
2. Penyerahan antibiotik tanpa resep dokter yang memicu resistensi antimikroba (AMR);
3. Peredaran produk ilegal secara daring;
4. Tren masyarakat yang menyukai efek instan seperti pemutih, pelangsing, dan stamina pria;
5. Stigma bahwa izin edar BPOM sulit, mahal, dan lama;
6. Ketidakpatuhan pelaku usaha terhadap regulasi;
7. Luasnya cakupan pengawasan dibandingkan ketersediaan SDM dan anggaran.
Strategi Penguatan
Untuk menjawab tantangan tersebut, BBPOM Makassar menjalankan sejumlah strategi konkret, antara lain:
Pengawasan berbasis risiko dan rekam jejak sarana, disertai penegakan hukum;
Penerbitan surat edaran kepala daerah terkait rasionalisasi penggunaan antibiotik;
Kolaborasi lintas sektor dengan K/L, pemda, pelaku usaha, akademisi, organisasi profesi, masyarakat, dan media;
Inovasi layanan MANTAPPOL untuk menjangkau daerah pelosok;
Program PEDANG PUANG BASOK guna mendampingi UMKM mengurus izin edar dengan insentif;
Penguatan edukasi melalui gerakan Cek KLIK dan aplikasi BPOM Mobile.
Peran Media Krusial
Yoseph menegaskan bahwa pengawasan obat dan makanan bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga menyangkut ekonomi, daya saing bangsa, dan ketahanan nasional.
“Badan POM tidak bisa bekerja sendiri. Kami bukan single player. Dukungan seluruh stakeholder sangat dibutuhkan, termasuk media,” tegasnya.
Menurutnya, media berperan besar meningkatkan pengetahuan dan kesadaran publik melalui pemberitaan dan amplifikasi program BBPOM Makassar.
Ia berharap kolaborasi dengan media semakin kuat agar masyarakat makin terlindungi dan teredukasi dalam memilih produk obat, pangan, dan kosmetik secara aman, sehat, dan bertanggung jawab.(*)