Digitalisasi Konservasi Mangrove Indosat Dinilai Efektif Tekan Kerusakan Ekosistem

Dewan Pengawas Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists), Suriani Mappong di kawasan Mangrove Lantebung(foto: ist)

Limabelas Indonesia, Makassar – Dewan Pengawas Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists), Suriani Mappong, menyambut positif Program CSR Digitalisasi Konservasi Mangrove yang digagas oleh Indosat Ooredoo Hutchison.

Menurut Suriani, pemanfaatan teknologi digital untuk memantau perkembangan dan kondisi ekosistem mangrove sejalan dengan kemajuan zaman sekaligus lebih efektif dibandingkan metode manual. “Untuk memantau kawasan mangrove secara manual agak sulit dilakukan, karena luasannya tidak memungkinkan terpantau secara fisik oleh pengawas, baik dari masyarakat setempat maupun pihak terkait,” ujarnya, senin (11/8/2025).

Ia menjelaskan, sistem digitalisasi memungkinkan identifikasi cepat terhadap area mangrove yang rusak, masih baik, atau membutuhkan rehabilitasi akibat berbagai faktor seperti perubahan iklim, pemanasan global, dan terpaan ombak. Suriani juga menekankan pentingnya pelibatan masyarakat dalam program ini. “Dengan digitalisasi, masyarakat bisa teredukasi dan terlibat langsung dalam pemantauan. Jadi bukan hanya lembaga tertentu yang memantau, tetapi masyarakat juga bisa berpartisipasi. Dampaknya akan lebih luas dan positif,” tambahnya.

Lebih lanjut, Suriani menegaskan bahwa pelestarian mangrove penting demi menjaga keberlangsungan ekosistem sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Mangrove, kata dia, memiliki peran vital bukan hanya sebagai penghalang ombak dan pencegah abrasi, tetapi juga sebagai sumber penghidupan. “Mangrove punya banyak fungsi. Selain melindungi wilayah pesisir, kawasan ini juga bisa menjadi destinasi wisata yang memberi dampak positif sekaligus peluang ekonomi baru bagi masyarakat setempat,” jelasnya.

Dewan Pengawas Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists), Suriani Mappong bersama sejumlah aktivis lingkungan

Ia juga menyoroti potensi mangrove dalam bidang kuliner, seperti pengolahan sirup mangrove yang saat ini belum dimanfaatkan maksimal. Menurutnya, inovasi ini bisa menjadi produk bernilai tambah yang membuka peluang usaha baru.

Dari sisi lingkungan, mangrove dikenal sebagai penyerap karbon yang efektif sekaligus penghasil oksigen, sehingga kerap disebut sebagai “paru-paru dunia”. Pelestarian mangrove juga berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca. Suriani menjelaskan, masyarakat yang berhasil memperluas kawasan mangrove berpotensi memperoleh kompensasi melalui skema perdagangan karbon internasional. “Di Kalimantan, sudah ada petani dan warga pesisir yang mengembangkan mangrove dan mendapat kompensasi dari organisasi dunia yang fokus pada isu lingkungan,” ujarnya.

Suriani berharap, digitalisasi konservasi dapat memperkuat kesadaran publik untuk menjaga mangrove secara berkelanjutan, sehingga manfaat ekologis dan ekonominya dapat dirasakan di berbagai daerah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *