Pengabdian Aipda Frengky sebagai Bhabinkamtibmas di Kecamatan Seko, Luwu Utara,Sulsel, selama bertahun-tahun dijalani di tengah keterbatasan komunikasi. Kehadiran jaringan Telkomsel akhirnya menjadi penopang utama, memungkinkan ia menjaga keamanan dan melayani masyarakat terpencil dengan lebih cepat dan efektif.
Limabelas Indonesia, Luwu Utara – Setelah puluhan tahun hidup dalam keterisolasian, warga Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, kini bisa tersenyum lega. Jalan akses yang dulu hanya berupa jalur berlumpur kini terbuka, listrik masuk, dan yang paling dinantikan, jaringan komunikasi serta internet Telkomsel akhirnya hadir. Jika dulu hanya sebatas mimpi, kini sudah bisa dinikmati masyarakat.
Sebelum akses internet masuk ke daerah terpencil di kecamatan Seko ini, warga mengandalkan pesawat radio handy talky untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Namun, akses komunikasi tersebut masih terbatas dan tidak mencukupi kebutuhan berbasis internet, sehingga mereka sangat kesulitan sebelum jaringan internet tersedia.
Masih adanya beberapa daerah terpencil di Luwu Utara yang lemah sinyalnya, bahkan belum tersentuh jaringan atau blankspot, mendapat perhatian dari Telkomsel. Sejumlah stasiun pemancar sinyal telekomunikasi atau Base Transceiver Station (BTS) pun dibangun .
Terjangkaunya jaringan internet di Kecamatan Seko kini dimanfaatkan oleh warga dan memudahkan mereka untuk mendapatkan akses informasi dari berbagai sektor.
Salah satu yang merasakan manfaat besarnya adalah seorang polisi yang tak pernah lelah menjaga keamanan warganya. Dia-lah Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) Frengky, seorang Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat atau Bhabinkamtibmas dari Polsek Rongkong, yang sejak 2014 setia mengabdi di wilayah yang keras namun penuh pesona itu.
Tugas Frengky bukan sekadar patroli atau memberi penyuluhan kamtibmas. Ia juga menjadi penghubung utama masyarakat dengan dunia luar, berkat satu hal yang kini sangat berarti yakni jaringan Telkomsel.
Kehadiran jaringan 4G Telkomsel menjadi penopang utama bagi Frengky yang bergantung pada konektivitas untuk aktivitas sehari-hari, mulai dari menjaga keamanan, hingga terhubung dengan dunia luar. “Kalau tidak ada sinyal, kami benar-benar kesulitan. Apalagi kalau ada konflik, kecelakaan, atau musibah,” ujar Aipda Frengky, Kamis (28/8/2025).
Bagi aparat keamanan seperti Frengky, sinyal Telkomsel memungkinkan koordinasi cepat saat terjadi gangguan kamtibmas.
Medan Berat, Tugas Tak Pernah Ringan
Medan yang dihadapi tidak ringan, Kecamatan Seko bukanlah wilayah yang mudah dijangkau. Dari Masamba, ibu kota Luwu Utara, jaraknya kurang lebih 120 kilometer. Seko sendiri terletak di dataran tinggi berbukit dengan ketinggian 1.200–1.800 meter di atas permukaan laut. Wilayahnya seluas 2.109,19 km², menjadikannya kecamatan terluas sekaligus terjauh.
Jalanan tanah, lembah, bukit, hingga hutan belantara sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagi Aipda Frengky. Bahkan, dari Desa Tirobali menuju ibu kota kecamatan, ia harus menempuh perjalanan 44 kilometer di jalan berlumpur. Tak jarang, ia hanya bisa berjalan kaki.
Meski medan berat, Aipda Frengky sudah menganggap itu bagian dari panggilan tugas. “Mau tidak mau harus jalan kaki. Kalau tidak begitu, bagaimana kami bisa pantau desa binaan,” katanya sambil tersenyum.
Kini, dengan adanya jaringan Telkomsel, ia bisa tetap terhubung tanpa harus selalu menembus hutan atau mendaki bukit.
Jaringan jadi nafas ekonomi
Wilayah kerja Aipda Frengky di Kecamatan Seko juga meliputi enam desa di Seko Barat, mulai dari desa Embonatana, desa Tanamakaleang, desa Hoyane, desa Malimongan, desa Boroppa hingga desa Tirobali.
Menurut Aipda Frengky, Dari 12 desa di Kecamatan Seko, sebagian besar warganya adalah petani coklat, kopi, dan padi. Hasil bumi mereka bisa mencapai ratusan ton, terutama kakao yang terkenal berkualitas.
Namun untuk menjual hasil pertanian ke Masamba atau wilayah lain, komunikasi jadi kebutuhan utama. “Kalau tidak ada sinyal, tidak ada cara menghubungi siapa pun. Baik kami sebagai aparat maupun masyarakat,” jelas Aipda Frengky.
Keberadaan BTS Telkomsel di Kecamatan Seko, kini membuatnya lebih mudah berkoordinasi, sekaligus membantu warga menjual hasil pertanian kakao, kopi, dan padi yang menjadi komoditas utama Seko.
Lebih dari sekadar alat komunikasi, sinyal Telkomsel memberi peluang ekonomi baru. Petani kini bisa menghubungi pembeli di Masamba atau bahkan di luar Sulawesi.
Mayoritas warga Seko menggantungkan diri pada jaringan Telkomsel untuk komunikasi dan pemasaran hasil bumi. Tanpa sinyal, akses ke pembeli di kota nyaris mustahil. “Kalau tidak ada jaringan, bukan hanya aparat yang kesulitan, tapi juga masyarakat yang ingin menjual hasil pertaniannya,” jelas Aipda Frengky.
Begitupun Bagi Aipda Frengky, hadirnya jaringan 4G dari Telkomsel di wilayahnya ibarat nafas baru. Ia bisa berkoordinasi dengan cepat jika ada masalah kamtibmas, sedangkan masyarakat bisa menjual hasil pertanian dengan lebih mudah, dan hubungan desa dengan desa jadi lebih lancar.
Sinyal Telkomsel bukan sekadar sarana komunikasi. Ia membuka peluang ekonomi, mempercepat koordinasi keamanan, dan memperlancar hubungan antar-desa. Meski masih ada titik blank spot, warga merasa napas baru sudah hadir di Kecamatan Seko.
Seko, Elok dan Terpencil
Seko sesungguhnya kaya. Alamnya indah, kopi dan beras organiknya terkenal nikmat, serta kakao yang jadi andalan. Namun, ia juga lekat dengan stigma, ongkos ojek sepeda motor termahal di Sulawesi Selatan, bahkan mungkin di Indonesia. Sekali sewa ojek, harus rela merogoh kocek jutaan rupiah. Letaknya di dataran tinggi Tokalekaju, di pegunungan Quarles dan Verbeek, membuat Seko sulit dijangkau. Maka tak heran jika masyarakat menyebutnya “Jantung Sulawesi”, karena berada tepat di tengah-tengah pulau.
Masih ada sejumlah titik di wilayah tersebut yang belum terjangkau jaringan internet karena infrastruktur yang belum merata, biaya pembangunan yang tinggi di daerah sulit diakses, serta tantangan geografis dan cuaca.
Meski begitu, ini yang masih menjadi tantangan banyak pihak dan pemangku kepentingan.
Tanggapan Pemerintah Provinsi Sulsel
Data Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Provinsi Sulawesi Selatan mencatat, hingga awal 2025 masih ada 422 desa di Sulsel yang belum terjangkau jaringan internet. Kondisi ini tersebar di 166 kecamatan, termasuk beberapa wilayah di Luwu Utara seperti Rampi dan Sabbang.
Sekretaris Diskominfo SP Sulsel, Sultan Rakib, menegaskan bahwa faktor geografis dan minimnya populasi menjadi tantangan utama dalam pembangunan jaringan. “Pemerintah daerah tetap mendukung upaya penyediaan jaringan, Tanpa peran pusat dan komitmen penyedia layanan seperti Telkomsel, persoalan blank spot sulit teratasi,” ujarnya.
Diakui, Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota pun tidak memiliki kewenangan mengambil kebijakan sendiri untuk membangun jaringan. Karena itu, mereka masih sangat bergantung pada kebijakan pemerintah pusat maupun inisiatif swasta, seperti Telkomsel.
Koordinasi Komisi 1 DPR RI
Legislator Komisi I DPR RI dari Sulsel, Syamsu Rizal, menegaskan bahwa akses konektivitas merupakan hak dasar masyarakat, sejajar dengan kebutuhan pokok lainnya. Hal itu disampaikan menyusul masih banyaknya titik blank spot di sejumlah daerah, khususnya di wilayah terpencil di sulsel.
Menurut Syamsu Rizal, pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah penyedia layanan telekomunikasi, termasuk Telkomsel, untuk memastikan program mengurangi blank spot berjalan optimal. “Konektivitas internet adalah hak dasar selain sandang, pangan, dan informasi. Kami mendorong agar tidak ada lagi daerah yang terisolasi jaringan,” ujarnya.
Ia mencontohkan, sejumlah wilayah di Luwu Utara seperti sabang, Seko dan Rampi hingga kini masih menghadapi keterbatasan sinyal. Kondisi serupa juga terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.
Telkomsel Hadirkan Harapan yang Terus Menyala
Bagi Telkomsel, menghadirkan jaringan di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) seperti di Kecamatan Seko adalah bagian dari komitmen memperkecil kesenjangan digital. “Kami ingin masyarakat pelosok merasakan manfaat layanan komunikasi yang setara dengan kota besar,” kata Asep Hermawan, GM Region Network Operations and Productivity Telkomsel Sulawesi.
Dengan autonomous network dan tim khusus, Telkomsel berupaya memastikan jaringan di wilayah 3T tetap optimal. Namun tantangan geografis tetap nyata: Sulawesi Selatan masih memiliki 422 desa blank spot, tersebar di 166 kecamatan. Pemerintah daerah dan pusat pun terus mendorong kolaborasi untuk menutup kesenjangan itu.
Telkomsel terus mendukung pembangunan di Kabupaten Luwu Utara khususnya coverage signal. guna mendukung digital ekosistem di wilayah tersebut. Telkomsel juga telah membangun BTS di wilayah 3T Luwu Utara yang sangat membantu masyarakat dalam berkomunikasi.
Asep Hermawan selaku General Manager Region Network Operations and Productivity Telkomsel Sulawesi mengatakan, Telkomsel berkomitmen menghadirkan jaringan di wilayah 3T sebagai bagian dari upaya pemerataan akses telekomunikasi di seluruh Indonesia.
Langkah ini tidak hanya untuk memperluas layanan, tetapi juga mendukung program pemerintah dalam memperkecil kesenjangan digital, membuka peluang ekonomi, serta memastikan masyarakat di pelosok dapat merasakan manfaat layanan komunikasi dan digital yang setara.
“Telkomsel telah melakukan monitor di daerah 3T dengan autonomous network yang mampu mendeteksi potensi gangguan secara cepat dan akurat. Selain itu, Telkomsel menyiapkan tim khusus untuk menangani gangguan-gangguan yang terjadi di site 3T tersebut untuk memastikan cakupan jaringan tetap optimal dan berkualitas di wilayah 3T,” jelasnya.
Disebutkan Untuk jangka panjang, Telkomsel terus menjalin koordinasi intensif dengan masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) untuk memastikan ketersediaan dan kualitas jaringan terbaik di wilayah 3T terutama di Sulawesi Selatan.
Kini, setiap kali Aipda Frengky menerima telepon dari warganya, ia merasa lega. Sinyal yang dulu hanya impian kini benar-benar menjadi jembatan. Bagi seorang ibu, itu berarti bisa menghubungi anaknya yang merantau. Bagi petani, itu berarti harga hasil panen yang lebih adil. Bagi aparat seperti Aipda Frengky, itu berarti keamanan warga lebih terjamin.
Seko memang masih jauh dari sempurna. Jalanan masih sulit, sinyal kadang hilang, dan blank spot masih ada. Namun kehadiran jaringan Telkomsel membuktikan satu hal, keterisolasian bukan takdir yang abadi di Indonesia. (Mila)